MyTimes

MyTimes merupakan weblog independen yang berisikan kolom dan esai tentang segi-segi kehidupan, ditulis oleh Antonius Bakti Tejamulya. MyTimes didedikasikan bagi para penikmat bacaan serius yang ditulis dengan citarasa (mudah-mudahan) memikat.

My Photo
Name:
Location: Jakarta, Indonesia

Antonius Bakti Tejamulya menjual artikel pertamanya ketika berumur 16 tahun dan sejak itu dia terus menulis. Suka membaca, humor, musik, jalan-jalan, sambil sesekali menikmati kopi kesukaannya: sehitam hati iblis, sepanas neraka, dan semurni malaikat.

Monday, March 13, 2006

Sudah Waktunya

ILLUSTRATED BY DANA HANSON
JIKA Anda normal seperti saya, pasti pernah terpikir: bagaimana para pengikut awal Yesus begitu yakin pada keputusannya? Kedua belas orang itu bukanlah pengangguran yang luntang-lantung ketika Yesus menemukan mereka. Jika pada zaman itu sudah ada tabloid gosip, mungkin akan tercetak headline: “12 Pekerja Diduga Tertipu Tukang Kayu.”

Ini bagian terpenting bagi siapa saja yang antusias mempertanyakan keimanan terhadap keilahian Yesus. Salah satu bagian terbaik untuk menjawabnya terdapat pada Matius 16:13-20. Bayangkan, Anda seorang saksi mata yang beruntung, yang waktu itu mendengar Yesus bertanya kepada murid, “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Rekonstruksi percakapan mereka kira-kira seperti ini:

“Teman-teman,” Yesus berkata, “kalian pasti sudah baca koran yang memberitakan kegiatan kita. Jerusalem Post bahkan menurunkan tajuk rencana. Menurut mereka, siapa sih Aku ini?”

“Ehm,” seseorang berdehem.

“Ya, Thomas, silakan,” ujar Yesus.

“Beberapa perempuan bilang padaku bahwa karena Kau menitikkan air mata saat berkhotbah, Kaulah si tua Yeremia yang hidup kembali,” ucap Thomas.

“Orang lain berpikir bahwa karena Kau telah melakukan banyak mukjizat, Kaulah Elia yang datang kembali,” sambung Yohanes.

“Sebagian dari orang-orang itu mengira Kau Yohanes Pembaptis,” tambah Yakobus.

“Ada spekulasi lain yang beredar,” potong Andreas.

“Apa?” tanya Yesus.

“Karena berkhotbah dengan lugas dan tegas, ada yang beranggapan bahwa Kau titisan Nabi Musa.”

“Begitu, ya?” Yesus mengangguk-angguk. “Tapi menurut kalian sendiri, siapakah Aku ini?”

Hanya suara jengkerik yang terdengar. Yesus memandang satu persatu, berharap seseorang merespons.

Dengan suara lembek dari biasanya, Petrus angkat bicara, “Aku tahu siapa Kau.”

“Katakan,” kata Yesus agak tak sabaran.

“Kau adalah ...” Petrus berhenti, seolah takut salah, “... Mesias, Anak Allah yang sebenarnya.”

Keheningan tiba-tiba menyergap lebih lama daripada yang diduga. Yesus menatap tajam Petrus, beralih ke sebelas murid, kembali ke Petrus yang jakunnya naik turun. Dalam hati, sebagian besar murid mengutuk Petrus si mulut besar dan sok tahu. Mereka tahu desas-desus soal orang-orang yang mengklaim diri sebagai mesias. Setiap mesias telah melambungkan harapan orang-orang yang memercayainya. Lalu, puf ... lenyap, menghempaskan harapan dan impian. Lalu, apakah Yesus hanyalah satu dari orang-orang aneh itu?

“Seratus buat Petrus,” Yesus memecah keheningan, “rupanya Allah, BapaKu, memberitahukannya kepadamu dengan cara yang langsung menggugahmu, sehingga kata-katamu akan menjadi batu karang bagi GerejaKu, menyiarkan kepada seluruh dunia tentang siapa Aku sebenarnya.”

“Sudahlah, kabar sudah tersebar,” lanjutNya, “kalian pun sudah tahu. Berdasarkan kebenaran itu, bersandar fakta bahwa Aku adalah Kristus, MesiasAnak Allah yang hidup – Aku akan membangkitkan suatu kekuatan yang tidak akan terhentikan. Kekuatan ini jauh lebih kuat daripada neraka. Tapi Aku harus minta tolong.” Ia tidak berkata apa pun – jangan heran, ini memang khas Yesus – selama beberapa saat.

“Ehm!” lagi-lagi Thomas berdehem.

“Jangan beritahu siapa-siapa, setidaknya jangan sekarang, bahwa Aku Allah, bahwa Akulah Kristus, bahwa Akulah Mesias. Belum waktunya.”

Belum waktunya? Belum terlambat apabila kalimat tersebut harus dibaca: “Beritahu semua orang, sekarang juga, bahwa Aku Allah, bahwa Akulah Kristus, bahwa Akulah Mesias. Sudah waktunya.”
Cimanggis, 12 Maret 2006